Pembelajaran Dari Sejarah Kemerdekaan – HUT RI ke 76

PEMBELAJARAN DARI SEJARAH KEMERDEKAAN UNTUK INDONESIA TANGGUH INDONESIA TUMBUH

Indonesia sudah 76 tahun merdeka. Semboyan perayaan Hari Ulang Tahun Ke-76 Republik Indonesia 17 Agustus 2021 ini adalah “Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh”. Selama 76 tahun perjalanan kemerdekaan ada banyak tantangan dan krisis yang dialami bangsa ini, namun demikian Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandarkan Pancasila ini tetap berdiri dan kokoh. Cita-cita kemerdekaan yang tercantum dalam alinea ke-empat Pembukaan UUD 1945 memang masih terus harus diperjuangkan, tetapi kita patut mensyukuri anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa bagi bangsa kita sampai dengan saat ini.

Saat memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia adalah saat kita menelisik kembali sejarah perjuangan bangsa dalam mencapai kemerdekaan. Pembelajaran itu penting menjadi pedoman bagi anak bangsa dari generasi ke generasi dalam membangun Indonesia merdeka untuk mencapai tujuan nasional, cita-cita kemerdekaan. Ada banyak pembelajaran yang dapat dipetik dari sejarah, lima (5) diantaranya sebagai berikut:

Pergerakan nasional dihasilkan kaum terpelajar

Pergerakan kebangsaan Indonesia dipelopori oleh Organisasi Budi Utomo, organisasi nasional pertama yang lahir di Indonesia pada 20 Mei 1908. Organisasi ini didirikan para pemuda pelajar Sekolah Dokter Jawa atau STOVIA. Berdirinya organisasi Budi Utomo akhirnya diikuti oleh berbagai organisasi-organisasi lain. Karena itu tanggal 20 Mei kemudian ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Sejarah ini mengajarkan kita bahwa pendidikan itu mencerahkan dan memerdekakan. Kemerdekaan pertama adalah kemerdekaan cara berpikir yang kemudian menuntun kepada aksi merealisasikan kemerdekaan. Karena itu penting sekali untuk kita terus belajar yang membawa kemajuan cara berpikir yang akan menuntun kepada kemajuan berperilaku dan bekerja. Pendidikan menuntun anak bangsa kepada kemajuan di segala bidang.

Persatuan membentuk kemampuan yang besar

Banyaknya organisasi pemuda yang terbentuk setelah Budi Utomo belum menjadi kekuatan, karena perjuangannya masih kedaerahan atau masih sendiri-sendiri. Terjadi komunikasi diantara para pemuda dari berbagai organisasi tersebut, sehingga dilakukan Kongres Pemuda Pertama 30 April sampai 2 Mei tahun 1926 yang membangkitkan semangat persatuan dan dasar persatuan bagi Indonesia. Pada hari kedua Kongres Pemuda Kedua pada tanggal 28 Oktober 1928 akhirnya dihasilkan apa yang kita kenal sebagai Sumpah Pemuda. Pernyataan putra dan putri Indonesia yang mengaku “bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia; berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia; menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia”, menjadi pengikat kesatuan yang kokoh.

Sejarah memberikan pembelajaran bagi kita bahwa komunikasi menuntun kepada kesamaan visi yang menghasilkan persatuan dan kesatuan sehingga ada kekuatan besar. Visi kesatuan tanah air dan kebangsaan Indonesia patut kita jaga agar Indonesia tetap kuat. Untuk menjaganya perlu komunikasi dan dialog agar ada saling pengertian sesama anak bangsa sehingga persatuan tetap kokoh, membuat kita bisa menjadi bangsa yang tangguh.

Kemerdekaan kontribusi semua elemen bangsa

Sejarah perjuangan kemerdekaan mencatat bahwa kemerdekaan adalah kontribusi semua anak bangsa dari berbagai suku, agama, budaya dan bahasa. Sumpah Pemuda, pengakuan bertanah air yang satu, tanah Indonesia membuat tanah dan lautan diantara 17.504 pulau menjadi satu. Kesepakatan dan pengakuan sebagai satu bangsa, Bangsa Indonesia, membuat lebih dari 300 suku bangsa (menurut data BPS tahun 2010 ada 1.340 suku bangsa) menjadi satu bangsa. Semuanya bersepakat menjunjung satu bahasa persatuan, Bahasa Indonesia, walau saat itu ada ratusan bahasa daerah. Kesepakatan itu menunjukkan kontribusi semua elemen bangsa, semua suku termasuk Tionghoa, Arab, dan suku bangsa pendatang lainnya yang turut serta ambil bagian dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Semua jejak sejarahnya dapat ditelusuri di Museum Sumpah Pemuda dan museum lainnya. Indonesia milik Bersama, rumah kita semua.

Sejarah mengajarkan kepada kita bahwa perjuangan kemerdekaan ini kerja kolektif dan jasa semua elemen bangsa. Mengisi kemerdekaan juga adalah kerja kolektif kita. Tidak ada yang menjadi “anak tiri” di negeri ini. Kita semua anak kandung negeri ini. Mari kita perjuangkan agar “Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh” terus terwujud dan semakin baik.

Perjuangan itu di segala bidang, butuh berbagai latar belakang pendidikan dan profesi

Sejarah perjuangan kemerdekaan mencatat para pahlawan dari berbagai latar belakang pendidikan dan profesi. Kemerdekaan tidak hanya diperjuangan pahlawan perang seperti Jendral Sudirman dan Bung Tomo. Ada tokoh seperti Mr. Sjahrir dan Prof. Prof. Dr. Mr. Raden Supomo yang adalah ahli hukum. Juga ada  dr.Wahidin Soedirohusodo, dr.Radjiman Wedyodiningrat, Dr.Sutomo, Dr.Tjipto Mangoenkoesoemo, dan banyak lainnya sebagai pahlawan nasional dengan profesi sebagai dokter. Ir. Soekarno yang menjadi proklamator kemerdekaan dan Ir. H. Djuanda yang terkenal dengan Deklarasi Djuanda yang memperjuangkan kedaulatan wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan adalah insinyur Teknik Sipil. Muhammad Hatta yang juga prokalamator kemerdekaan adalah ahli ekonomi dan Bapak Koperasi. Tentu saja banyak latar belakang Pendidikan dan profesi lainnya.

Sejarah ini mengajarkan kepada kita, apapun latar belakang pendidikan dan profesi seseorang maka dia bisa berkontrbusi mengisi kemerdekaan Indonesia. Apapun program studi yang kita tekuni dan profesi pekerjaan kita maka kita semua bisa berkontribusi mengisi kemerdekaan Indonesia, membuat Indonesia Tangguh dan Indonesia Tumbuh.

Tantangan selalu ada karena itu perjuangan tidak pernah berhenti

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 perjalanan bangsa dan negara Indonesia tidak berjalan mulus. Ada banyak ancaman, tantangan, gangguan dan hambatan yang dilalui. Belanda dua kali melakukan agresi militer dan beberapa kali dilakukan perundingan dengan Belanda dan sekutunya sampai seluruh kedaulatan Republik Indonesia diakui. Dalam perjalanan kehidupan bangsa dan negara selalu saja ada ancaman, tantangan, gangguan dan hambatan, namun dengan terus bersatu menjaga ketahanan nasional kita maka Indonesia akan tetap Tangguh dan tetap Tumbuh.

Sejarah mengajarkan kepada kita bahwa berjuang itu tidak pernah ada akhir. Jangan pernah berhenti berjuang menjadi orang yang Tangguh dan unggul. Hanya dengan demikian kita bisa turut serta menjadikan Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh. Jaga semangat perjuanganmu mencapai cita-cita selama hayat masih dikandung badan.

Akhir kata, Dirgahayu ke-76 Republik Indonesia! Tuhan Yang Maha Kuasa kiranya memberkati Indonesia dan memberkati kita semua, menjadikan Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh. Amin!

(Tony H. Silalahi/ Direktur Politeknik Astra)

Bagikan Artikel Ini

Artikel Terbaru